Terminal Bahan Bakar Minyak atau Depo Pertamina di Plumpang, Jakarta Utara, sejak awal beroperasi tidak menggunakan penangkal petir.
Alasannya menurut ahli petir dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Reynaldo Zoro, Pertamina memakai standar Amerika Serikat yaitu National Fire Protection Association 780.
“Standar itu menyatakan tangki tidak perlu diproteksi karena tangki dari metal tertanam di dalam tanah, sedangkan arus petir kalau kena tangki mengalir ke tanah hilang,” ujarnya, Ahad, 5 Maret 2023.
Tol Cisumdawu Pakai Geofoam, Dosen ITB Sebut Jalan Tidak Boleh Bergelombang Zoro menilai, Pertamina betul dari sisi standar itu yang data-datanya mengacu pada kondisi negara subtropis.
Sementara dari hasil risetnya sejak 1992 dan telah dipublikasikan secara luas, kondisi petir di Indonesia berbeda dengan negara subtropis.
“Muatan petirnya lebih besar, metal bisa berlobang, meleleh jadi bolong,” kata dia.
Karena itu, menurutnya, tangki BBM Pertamina seperti di Plumpang harus diproteksi dari petir.
Sejauh ini menurut Zoro, ITB telah melakukan survei pemeriksaan dan penilaian di kilang Balongan dan Lomanis, Cilacap, sementara di Plumpang belum dilakukan.
Adapun Zoro mengatakan pihaknya tengah menyiapkan desain penangkal petir.
“Akhir bulan ini saya sudah harus presentasikan di manajemen proteksinya seperti apa,” ujarnya.
Pada kasus kebakaran dan ledakan di Depo Pertamina Plumpang, Jumat malam, 3 Maret lalu, Zoro mengatakan ada dua kemungkinan penyebabnya yaitu kelalaian atau dari petir.
Saat kejadian, menurutnya, sedang terjadi badai petir.
Dosen ITB Ungkap Kelebihan dan Kekurangan Pertamax Campur Etanol 5 Persen Dari berbagai informasi yang diperolehnya seperti dari rekaman video, dia melihat petirnya mirip dengan yang terjadi di Balongan.
Pada akhir Maret 2021 lalu, terjadi kebakaran kilang milik Pertamina di Balongan, Indramayu.
“Berbau dulu, bau bensin menyengat kemudian terbakar,” ujarnya.
Berdasarkan pengalamannya dengan kepolisian, petugas mencari tahu kemungkinan unsur kelalaian.
Selain itu mencari asal mulai api, ketika ada bahan bakar dan oksigen sebagai tiga faktor penyebab kebakaran.
“Penyebab apinya itu kita belum tahu, tapi baunya (BBM) sudah kemana-mana.
Nah itu pas badai petir, apakah penyebabnya petir itu yang perlu diinvestigasi,” kata Zoro.
Menurut dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB itu, pengaruh petir bisa dipastikan dari beberapa data seperti rekaman kamera pengawas CCTV Pertamina, data petir dari PLN, juga para saksi kejadian.
Sebelumnya diberitakan, tim investigasi kepolisian akan mendalami penyebab kebakaran Depo Pertamina di Plumpang.
Tim akan didampingi pihak Pertamina.
Setelah meninjau lokasi, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mendapat informasi kejadian itu berawal ketika pengisian bahan bakar minyak jenis pertamax yang dikirim dari Balongan.
Pada saat pengisian terjadi gangguan teknis yang mengakibatkan terjadinya tekanan berlebihan lalu terjadi kebakaran.
Akibat kebakaran dan ledakan Depo Pertamina Plumpang itu, warga sekitar menjadi korban.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan DKI, hingga pukul 12.00 WIB, korban meninggal berjumlah 17 orang, sementara 37 korban luka dirawat di berbagai rumah sakit.
Pilihan Editor: Riset Baru Long Covid: Penurunan Kadar Oksigen Otak dan Gangguan Kognitif