Pengamat pariwisata menilai pencemaran limbah minyak hitam di pantai-pantai Pulau Bintan sangat berdampak kepada sektor pariwisata daerah.
Apalagi Bintan terkenal dengan wisata yang menjual kealamian lingkungannya.
“Ini masalah serius kalau di dunia pariwisata, yang dijual (di pariwisata Bintan) nature-nya,” ujar Siska Mandalia, pengamat pariwisata Kepulauan Riau, Rabu, 29 Maret 2023.
Kata Otorita IKN dan Praktisi soal Pariwisata IKN yang Bakal Dikembangkan seperti Bali Tidak hanya menjual destinasi alamnya, pariwisata Bintan sudah terkenal sebagai wisata ekslusif di mata internasional.
“Bintan sudah ter-branding sebagai kawasan wisata ekslusif, tentunya ini menjadi masalah.
Karena pencemaran efeknya bisa berdampak kepada kenyamanan turis,” kata dosen pariwisata lulusan Tourism Management dari Chung Hua University Taiwan itu.
Pelaku pencemaran harus diberikan sanksi tegas, karena tidak hanya merugikan dunia pariwisata tetapi juga lingkungan alam di Kabupaten Bintan.
“Kalau sudah terjadi berulang, seperti ini, tentu harus ada pihak yang bertanggung jawab, pemerintah harus sama-sama menelusuri sumber minyak hitam itu dan mencari solusinya,” kata Siska.
Apalagi, menurut Siska, minyak hitam itu sangat sulit dihilangkan.
Ia khawatir pantai-pantai yang memiliki pasir putih yang indah dan alami susah kembali ke sedia kalanya.
Jokowi Segera Cabut Status Pandemi, Ekonom Beberkan Sektor Bisnis yang Bakal Bangkit “Hubungan kawasan wisata dan alam harus saling menguntungkan dan mendukung, jangan sampai muncul konflik, trennya sekarang ini pelaku pariwisata tidak hanya memikirkan untung saja, tetapi harus juga menjaga lingkungan,” kata Siska.
Pantai Bintan tutup Pencemaran limbah minyak hitam di perairan Desa Teluk Bakau, Kabupaten Bintan terjadi sejak Jumat, 24 Maret 2023.
Minyak itu diduga dibuang oleh kapal yang melintas di laut lepas, lalu terbawa angin ke pesisir Pulau Bintan.
Kejadian ini sudah terjadi beberapa tahun tetapi tidak kunjung ada solusi.
Salah seorang pengelola pantai yang terdampak mengatakan tidak hanya pantai menjadi kotor, tapi ekosistem laut lainnya seperti padang lamun, keramba yang berisikan udang, kepiting dan lobster mati semua.
Minyak hitam juga menempel di batang mangrove sekitar pantai.
Pantai untuk sementara waktu pun ditutup.
“Yang paling parah itu, udang, kepiting dan lobster yang ada di keramba mati semua, diperkirakan kerugian kami sudah Rp 10 juta,” kata Rina, pengelola Bamboo Beach, Rabu.
Setidaknya minyak hitam tersebut bertahan di pesisir pantai Teluk Bakau sejak lima hari belakangan.
Beberapa intansi terkait sudah datang ke lokasi kejadian.
Koordinator Satuan Pengawasan SDKP Tanjungpinang Heri Setiawan mengatakan sudah menerima laporan pencemaran minyak hitam di Bintan.
Pihaknya sudah turun ke lapangan, namun sampai sekarang belum diketahui sumber minyak tersebut.
Heri mengatakan saat ini pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Kepulauan Riau.
“Ini sebenarnya tanggung jawab bersama, kami sudah koordinasi DKP Provinsi Kepri, kita pada prinsip mengikuti dan mendukung, jika memang ada upaya pembersihan pantai kita ikut,” kata dia.
Tidak hanya Bamboo Beach, di kawasan ini terdapat beberapa pantai dan resort terkenal di Bintan.
Pilihan Editor: Limbah Minyak Hitam Cemari Laut Bintan, Pantai Ditutup untuk Wisatawan