Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatatkan total pendapatan premi industri asuransi jiwa (IAJ) tahun 2022 turun 5,3 persen (yoy) menjadi Rp 192,08 triliun dari tahun sebelumnya Rp 202,93 triliun.
Adapun pendapatan premi secara weighted mengalami pertumbuhan 0,5 persen (yoy) atau mencapai Rp 108,18 triliun.
OJK Sebut PT Asuransi Jiwa Kresna Life Belum Penuhi Komitmen Penyehatan Keuangan “Capaian total premi ini dinilai memberikan dampak penurunan penetrasi asuransi jiwa terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang sampai akhir tahun 2022 baru mencatatkan angka sekitar 1 persen.
Sementara jika dibandingkan dengan capaian tahun 2021, penetrasi asuransi jiwa terhadap PDB berada di kisaran angka 1,2 persen,” kata Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon dalam konferensi pers di Rumah AAJI, Jakarta, Selasa, 7 Maret 2023.
Meskipun begitu, pertumbuhan pada total tertanggung industri asuransi jiwa (IAJ) mencapai 85,01 juta orang dari sebelumnya 65,20 juta orang mengindikasikan target pasar IAJ semakin luas.
Artinya, produk asuransi yang dipasarkan IAJ sudah lebih menyasar kepada kalangan masyarakat menengah ke bawah yang ingin memiliki atau menyadari kebutuhan atas perlindungan asuransi, tetapi dengan nilai premi atau nilai pertanggungan yang relatif lebih kecil.
Jokowi Sebut Indonesia Bisa Jadi Negara Maju 13 Tahun Lagi, Apa Saja Ciri-Ciri Negara Maju? Meninjau premi berdasarkan tipe produk yang ditawarkan, tercatat masih didominasi produk asuransi jiwa unit link dengan kontribusi 57,7 persen terhadap total pendapatan IAJ (sebesar Rp 223 triliun) dan 42,3 persen lainnya dari produk asuransi tradisional.
Data itu disebut menunjukkan unit link tetap menjadi produk yang paling dominan, paling banyak dipasarkan, dan paling banyak memberikan pendapatan premi kepada anggota-anggota di AAJI.
Untuk total pendapatan premi dari produk asuransi jiwa unit link sebesar Rp 110,77 triliun, sedangkan produk asuransi jiwa tradisional sebesar Rp 81,31 triliun atau meningkat 8,1 persen (yoy).
Adanya peningkatan produk asuransi jiwa tradisional menggambarkan keadaan masyarakat yang semakin banyak memiliki pilihan.
“Jika sebelumnya porsi dari unit link di atas 60 persen, sekarang turun menjadi 57,7 persen, tapi dengan kontribusi premi unit link yang tetap besar,” ujar Budi.
Selanjutnya: Berdasarkan tipe pembayaran….